kalender

Sabtu, 31 Oktober 2015

1. RUJAK NATSEPA



Siapa yang tidak ngiler melihat Rujak Natsepa ini?
Siapa yang tidak ngiler melihat Rujak Natsepa ini?
Rujak. Makanan ini kayaknya termasuk dalam makanan favorit Nusantara dengan versi yang berbeda-beda sesuai daerahnya. Kali ini saya mau mengangkat Rujak Natsepa. Ini rujak orang Ambon. Orang Ambon bilang, kalau ke Natsepa belum makan rujak, berarti belum makan rujaknya orang Ambon. Natsepa itu nama pantai di Ambon. Dari kota Ambon, perjalanan menggunakan mobil kira-kira 45 menit – 1 jam dengan jarak 19,9 kilometer. Kota Ambon itu kota kecil dengan kondisi geografis yang bergunung. Om Google bilang perjalanan sekitar 25 menit, ya itu kalau tanpa macet dan lain-lain. Dan ingat, ini bukan perjalanan jalan lurus tanpa belok dan tanpa gunung dan lembah. Bukan. Justru karena ada banyak naik turun dengan geografis yang demikian makanya perjalanan nyatanya sekitar 45 menit paling cepat, dari kota Ambon.  Sekarang ini, kalau Anda ke Ambon, ada jalan-jalan satu arah juga yang membuat Anda harus berputar ke satu jalan dulu baru bisa ke jalan utama. Anda juga bisa menggunakan angkot jurusan Suli, untuk bisa sampai ke Natsepa. Angkot itu sendiri melewati pantai Natsepa. Nah, rujak Natsepa dijual sepanjang pantai Natsepa. Ongkos angkot? Tiga ribu rupiah. Jauh dekat sama saja. Entah kalau supirnya lagi kurang duit mungkin Anda harus membayar 4000-5000 rupiah. Hehe…
Barisan mobil pengunjung yang datang ke kios-kios Rujak Natsepa.
Barisan mobil pengunjung yang datang ke kios-kios Rujak Natsepa.
Puluhan kios rujak yang berjejer rapi di tepi pantai Natsepa.
Puluhan kios rujak yang berjejer rapi di tepi pantai Natsepa.
Ada sekitar kurang lebih 48-50an kios rujak yang berjejer rapi di tepi pantai Natsepa. Barisan mobil berjejer masuk ke kios-kios itu. Saya masuk ke kios Mama Eva Haliwela. Semua kios menjual rujak yang sama. Ada juga es kelapa muda, jagung rebus, dan cemilan lain. Jadi pilih saja kios yang agak kosong supaya Anda jangan lama-lama ngiler melihat rujak pengunjung lain. Dan, sepiring kecil Rujak Natsepa dihargai 10 ribu rupiah.
Tampak buah-buahan tersedia di meja Mama Eva (berhanduk di kepala) yang sedang menyiapkan rujak buat saya.
Tampak buah-buahan tersedia di meja Mama Eva (berhanduk di kepala) yang sedang menyiapkan rujak buat saya.
Mama Eva menyambut kami dengan ramah. Di mejanya tersedia buah-buahan yang siap diolah menjadi rujak. Mangga, jambu air, nanas, pepaya, ketimun, belimbing, dan kedondong. Di kios lain ada juga petatas (ubi jalar) yang dimasukkan bersama dengan buah-buahan tadi. Berjejer rapi juga toples berisi kacang tanah yang sudah digoreng, gula merah (gula jawa), cabai rawit, dan tusuk gigi.
Buah-buahan yang digiling bersama gula merah dan kacang tanah goreng.
Buah-buahan yang digiling bersama gula merah dan kacang tanah goreng.
Mama Eva sudah punya stok kacang tanah yang digiling. Jadi ia hanya tinggal mengupas buah-buahan tadi dan memasukkan gula merah plus cabai rawit sesuai selera pengunjung, lalu digilinglah  semua itu. Saya cuma minta 1 cabai. Harum kacang goreng giling dan gula merah sangat menggoda! Sebentar-sebentar saya hanya bisa menelan ludah. Sabarrr..sabarrrr… Sebenarnya rujak hanya digiling sebentar supaya gula merahnya mencair. Jadi tak perlu sampai kacangnya hancur halus Kacang tanahnya harus banyak dan masih gilingan kasar. Ini juga termasuk kekhasan Rujak Natsepa, dan juga rujak Ambon lainnya. Kacang gilingnya masih kasar sehingga terasa betul kacang tanah yang masih bisa kita kunyah-kunyah sendiri. Tidak lupa saya pesan Es Kelapa Muda-nya.
Es Kelapa Muda bercampur susu kental manis dan sirup berwarna merah.
Es Kelapa Muda bercampur susu kental manis dan sirup berwarna merah.
Inilah, Rujak Natsepa! Siap santap.
Inilah, Rujak Natsepa! Siap santap.
Akhirnya, rujak siap disantap! Makan rujak di tepi pantai Natsepa sambil melihat orang menaiki Banana Boat di laut berair biru muda jernih ini sambil menyeruput Es Kelapa Muda yang dicampur susu kental manis dan sirup berwana merah. Sungguh sebuah kenikmatan berlibur yang menyenangkan! Aih menulis ini saja, saya ingin kembali ke sana hanya untuk makan Rujak Natsepa. Ngilerrr!…

Pantai Natsepa, Ambon.
Pantai Natsepa, Ambon.
Banana Boat yang tersedia bagi pengunjung Pantai Natsepa.
Banana Boat yang tersedia bagi pengunjung Pantai Natsepa.
O, ya, Pantai Natsepa bersih. Jadi setelah makan rujak, rugi kalau tidak mandi di sana. Anda bahkan tidak perlu masuk kawasan komersilnya yang dikenakan biaya. Karena dari kios rujak Anda bisa langsung lompat dari situ dan mandi. Habis makan, byurr! Iya, kios-kios rujak itu berada di atas air laut yang biru jernih. Tidak ada sampah di bawah kios-kios itu. Bahkan di jajaran kios itu, ada tangga yang bisa dipakai naik turun agar orang sehabis berenang langsung dari air bisa naik lewat tangga itu untuk makan rujak, atau sebaliknya . Saya membayangkan, saya sedang berenang, masih dalam air, lalu mendekat sebentar ke arah pantai ke arah kios, cukup berteriak (dari air), “Mama, beta mo pesan rujak satu!” Yang artinya, mama, saya mau pesan rujak satu porsi.
Inilah yang saya sebut, habis makan, byurr!
Inilah yang saya sebut, habis makan, byurr!
Karena ini kawasan wisata, orang tidak membuang sampah sembarangan. Tapi hampir semua tempat di kepulauan Maluku, kita akan amat teramat sangat jarang melihat sampah di laut. Kesadaran untuk tidak membuang sampah di laut, sangat tinggi di kalangan orang Maluku. Mungkin mereka tahu kalau ikan-ikan tidak akan muncul memakan makanan mereka jika ada sampah di laut. Ikan bisa mati karena sampah yang ada di perairan. Ikan adalah salah satu sumber makanan utama untuk orang Ambon, dan Maluku pada umumnya. Bagaimana akan menjual ikan, kalau ikan saja tidak ada? Logis ‘kan?!.
Oya, Ambon itu hanya salah satu pulau dari kepulauan Maluku yang lebih besar. Jadi kalau Anda bilang mau ke Ambon, itu berarti Anda hanya ke salah satu pulau yang bernama Ambon, dengan ibukota yang bernama sama. Kota Ambon merupakan kawasan bisnis yang paling maju dibanding pulau-pulau lainnya. Tapi jangan salah, ada banyak harta Maluku lainnya yang tersembunyi di pulau-pulau lainnya di Maluku. Bukan saja pantai, tapi juga gua, gunung, dan terutama alamnya yang kaya yang menyediakan segala rempah dan semua yang bisa dimakan, yang kalau dijual di Jakarta harganya akan selangit. Tidak heran, orang Eropa ngiler mengincar rempah-rempah sampai ke bumi Pattimura.
Oke, Rujak Natsepa dan Pantai Natsepa. Ini hanya secuil dari kekayaaan Maluku yang ada. Saya masih punya  “harta” Maluku yang lain di tulisan-tulisan berikutnya. Hmphh.. Aduh Mama, beta masih menelan ludah membayangkan gilingan kacang tanah dan nanas yang manis dan gurih itu…
Masih terbayang, makan rujak di tepi laut.Masih terbayang, makan rujak di tepi laut.
ayooooo ke Natsepa,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar