Ada sekitar kurang lebih 48-50an kios rujak yang berjejer rapi di tepi pantai Natsepa. Barisan mobil berjejer masuk ke kios-kios itu. Saya masuk ke kios Mama Eva Haliwela. Semua kios menjual rujak yang sama. Ada juga es kelapa muda, jagung rebus, dan cemilan lain. Jadi pilih saja kios yang agak kosong supaya Anda jangan lama-lama ngiler melihat rujak pengunjung lain. Dan, sepiring kecil Rujak Natsepa dihargai 10 ribu rupiah.
Mama Eva menyambut kami dengan ramah. Di mejanya tersedia buah-buahan yang siap diolah menjadi rujak. Mangga, jambu air, nanas, pepaya, ketimun, belimbing, dan kedondong. Di kios lain ada juga petatas (ubi jalar) yang dimasukkan bersama dengan buah-buahan tadi. Berjejer rapi juga toples berisi kacang tanah yang sudah digoreng, gula merah (gula jawa), cabai rawit, dan tusuk gigi.
Mama Eva sudah punya stok kacang tanah yang digiling. Jadi ia hanya tinggal mengupas buah-buahan tadi dan memasukkan gula merah plus cabai rawit sesuai selera pengunjung, lalu digilinglah semua itu. Saya cuma minta 1 cabai. Harum kacang goreng giling dan gula merah sangat menggoda! Sebentar-sebentar saya hanya bisa menelan ludah. Sabarrr..sabarrrr… Sebenarnya rujak hanya digiling sebentar supaya gula merahnya mencair. Jadi tak perlu sampai kacangnya hancur halus Kacang tanahnya harus banyak dan masih gilingan kasar. Ini juga termasuk kekhasan Rujak Natsepa, dan juga rujak Ambon lainnya. Kacang gilingnya masih kasar sehingga terasa betul kacang tanah yang masih bisa kita kunyah-kunyah sendiri. Tidak lupa saya pesan Es Kelapa Muda-nya.
Akhirnya, rujak siap disantap! Makan rujak di tepi pantai Natsepa sambil melihat orang menaiki Banana Boat di laut berair biru muda jernih ini sambil menyeruput Es Kelapa Muda yang dicampur susu kental manis dan sirup berwana merah. Sungguh sebuah kenikmatan berlibur yang menyenangkan! Aih menulis ini saja, saya ingin kembali ke sana hanya untuk makan Rujak Natsepa. Ngilerrr!…
O, ya, Pantai Natsepa bersih. Jadi setelah makan rujak, rugi kalau tidak mandi di sana. Anda bahkan tidak perlu masuk kawasan komersilnya yang dikenakan biaya. Karena dari kios rujak Anda bisa langsung lompat dari situ dan mandi. Habis makan, byurr! Iya, kios-kios rujak itu berada di atas air laut yang biru jernih. Tidak ada sampah di bawah kios-kios itu. Bahkan di jajaran kios itu, ada tangga yang bisa dipakai naik turun agar orang sehabis berenang langsung dari air bisa naik lewat tangga itu untuk makan rujak, atau sebaliknya . Saya membayangkan, saya sedang berenang, masih dalam air, lalu mendekat sebentar ke arah pantai ke arah kios, cukup berteriak (dari air), “Mama, beta mo pesan rujak satu!” Yang artinya, mama, saya mau pesan rujak satu porsi.
Karena ini kawasan wisata, orang tidak membuang sampah sembarangan. Tapi hampir semua tempat di kepulauan Maluku, kita akan amat teramat sangat jarang melihat sampah di laut. Kesadaran untuk tidak membuang sampah di laut, sangat tinggi di kalangan orang Maluku. Mungkin mereka tahu kalau ikan-ikan tidak akan muncul memakan makanan mereka jika ada sampah di laut. Ikan bisa mati karena sampah yang ada di perairan. Ikan adalah salah satu sumber makanan utama untuk orang Ambon, dan Maluku pada umumnya. Bagaimana akan menjual ikan, kalau ikan saja tidak ada? Logis ‘kan?!.
Oya, Ambon itu hanya salah satu pulau dari kepulauan Maluku yang lebih besar. Jadi kalau Anda bilang mau ke Ambon, itu berarti Anda hanya ke salah satu pulau yang bernama Ambon, dengan ibukota yang bernama sama. Kota Ambon merupakan kawasan bisnis yang paling maju dibanding pulau-pulau lainnya. Tapi jangan salah, ada banyak harta Maluku lainnya yang tersembunyi di pulau-pulau lainnya di Maluku. Bukan saja pantai, tapi juga gua, gunung, dan terutama alamnya yang kaya yang menyediakan segala rempah dan semua yang bisa dimakan, yang kalau dijual di Jakarta harganya akan selangit. Tidak heran, orang Eropa ngiler mengincar rempah-rempah sampai ke bumi Pattimura.
Oke, Rujak Natsepa dan Pantai Natsepa. Ini hanya secuil dari kekayaaan Maluku yang ada. Saya masih punya “harta” Maluku yang lain di tulisan-tulisan berikutnya. Hmphh.. Aduh Mama, beta masih menelan ludah membayangkan gilingan kacang tanah dan nanas yang manis dan gurih itu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar